Dubes China – Ketum PBNU Buka Bersama & Santuni Santri

Jakarta – Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian hadir di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kedatangannya diterima Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj.

Agenda ini digelar di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jalan M Kahfi 1, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (9/5/2019). Said Aqil dan Xiao Qian tampak duduk di atas panggung. Di belakang keduanya terpampang spanduk bertuliskan ‘Santunan Anak Yatim & Buka Bersama Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok dan PBNU.

Mereka mengadakan buka bersama dan juga Pihak China memberikan santunan untuk para santri. Dalam sambutannya yang dibantu penerjemah, Xiao Qian mengaku merasa sangat gembira bisa mengunjungi pesantren. Dia senang bertemu dengan para santri dan santriwati. Dia menyampaikan selamat menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan.

Xiao Qian juga sempat memuji hubungan Indonesia-China dalam berbagai bidang di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bidang itu disebutnya meliputi politik, sosial, dan ekonomi.

“Sebagai negara sahabat, kami sungguh merasa senang. Menurut kami di pandangan Tiongkok, Indonesia merupakan negara besar. Kami sangat senang melihat keberhasilan ini,” kata Xiao Qian.

Dia merasa senang berada di Indonesia dan menjalin kedekatan dengan komunitas muslim. Di Indonesia, NU dipandangnya sebagai komunitas muslim terbesar.

“Nahdlatul Ulama yang terbesar dan berpengaruh,” kata dia.

Kedutaan China akan menyediakan beasiswa untuk putra-putri Indonesia. “Yang ketiga kami akan terus menyediakan beasiswa kepada PBNU. Yang berminat untuk berkuliah ke sana bisa kabarkan kami dan kami bersedia memberikan bantuan,” tuturnya.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menjelaskan ada antusiasme santri untuk belajar Bahasa Mandarin. Menurutnya, berdasarkan aspirasi para santri, Bahasa Mandarin harus masuk sebagai mata pelajaran untuk para santri, menyusul bahasa-bahasa asing lain yang sudah lebih dulu masuk seperti Bahasa Inggris, Prancis, dan tentu saja Arab. Ini juga akan mempermudah interaksi bisnis dengan pengusaha China.

“Makanya banyak sekali insinyur Tiongkok yang datang kemari, kita masih lemah atau masih jarang yang bisa mengerti Bahasa Tiongkok dengan baik,” kata Said Aqil.

Soal santunan dari Dubes China, acara seremonialnya adalah penyerahan bingkisan. Menurutnya, santunan dari Dubes ke PBNU adalah hal yang biasa dilakukan, termasuk oleh pihak kedutaan negara-negara lain.

“Biasa, santunan. Dubes yang lain juga biasa. India juga pernah (memberi santunan),” kata Said tanpa mau memberi tahu nilai santunannya.

Ada sejumlah siswa dari NU yang bisa melanjutkan studinya berkat beasiswa yang diberikan China. Menurutnya, menuntut ilmu ke Tiongkok sama saja dengan menuntut ilmu ke negara-negara lain.

“Iya iya, dan sudah. Sudah berangkat 13 dari NU sudah berangkat 13. Semuanya disebar bukannya satu universitas. Seperti kita mengirim juga ke Amerika, Australia, juga apa salahnya. Apa yang aneh di situ? Mengirim mahasiswa ke mesir, ke Sudan, Maroko, Turki, Amerika Serikat, Inggris, Australia. Kita ngirim juga ke Jepang, ke Tiongkok. Biasa-biasa saja,” kata Said.

Repost: detik.com