Al-Tsaqafah Wakili Indonesia Dalam Forum APEC

Seoul, Korea Selatan (26/9/2019) Guru sejarah dari Madrasah Aliyah Pondok Pesantren luhur Al-Tsaqafah menjadi pembicara dan wakil Indonesia dalam forum Internasional ALoB & IACE dibawah rekomendasi APEC 26-27 September 2019.

Kegiatan ini mengundang masing-masing satu guru dari beberapa negara, seperti Cina, Vietnam, Malaysia, Thailand, Piliphina, Rusia, dan lainnya. Selain itu, diundang stakeholder dari Kementrian Pendidikan masing-masing negara sebagai partisipan.

Acara dibuka dengan sambutan H.E. Yoo Eun-hae, Deputi Kementrian Pendidikan Korea Selatan dan perwakilan Kepala Institute Pendidikan kolaborasi APEC, Prof. Dong Sun Park. Dihadiri pula oleh beberapa perwakilan dari Universtitas pendidikan, Ekonomi dan Teknologi.
Selain itu, Mr. Seung Young Lee, Deputi Training Program HRD Samsung, perwakilan dari SAEMEO dan Perwakilan dari ASEAN Foundation juga ikut memberikan sambutan dalam acara tersebut.

Uraian yang paling menarik disampaikan oleh Dr. Sara Wong. Ia menyebutkan bahwa ketidaksetaraan dan munculnya Masive Open Online Courses (MOOCS) dalam dunia pendidikan masih menjadi masalah utama di Negara-negara APEC.

Pada sesi diskusi, perwakilan Indonesia dari MA Luhur Al-Tsaqafah memberikan pertanyaan mengenai ketidaksetaraan (inequality) dalam dunia pendidikan dan menjamurnya kursus online. “Saya Iman Zanatul Haeri dari MA PP Luhur Al-Tsaqafah. Saya dari Indonesia. Saya sangat tertarik dengan uraian dari Dr. Sara A Wong mengenai MOOCS dan inequality. Karena sepertinya hal seperti itu terjadi juga dinegara kami. Dapatkan Computating Thinking menjadi solusi akan kedua persoalan tersebut?” ujar Iman.

Pertanyaan tersebut segera dijawab oleh Sara Wong, wanita yang berasal dari Ekuador ini secara gamblang segera menjelaskan keadaan riil di lapangan mengenai investasi pemerintah terhadap dunia pendidikan, perkembangan bisnis dunia pendidikan, hingga ketidaksetaraan karena faktor ekonomi.

Seharusnya Teknologi digital membantu sekolah, guru, dan siswa yang memiliki banyak keterbatasan untuk terus berinovasi. Namun, perkembangan digital lebih fokus pada tumbuhnya sekolah-sekolah ekslusif dan kursus online, sehingga semakin memberi jarak akses pendidikan kepada kaum menengah kebawah.

Selain itu, regulasi kebijakan pemerintah nasing-masing negara ikut menyumbang terlambatnya proses pengenalan dunia digital serta pemanfaatan internet bagi pembelajaran di sekolah disebabkan karena keterlambatan menganalisis dampak (Delay Impact Analysis) sebuah kebijakan pendidikan.

Namun, perlu dikritisi bahwa agenda IACE & ALCoB dalam menjalin kerjasama antar sekolah serta melakukan sosialisasi menggunakan internet dan teknologi digital hanya efektif digunakan pada jenjang dan jenis sekolah tertentu. Misalnya sosialisasi penggunaan robot dalam belajar lebih cenderung pada Sekolah Dasar hingga Menengah, dan jenis sekolah khusus seperti SMK.

Seperti diketahui, pada tanggal 6-8 Agustus 2019 Litbang Kemdikbud mengadakan Workshop yang disponsori oleh ALCoB dan AIV workshop 2019 di Jakarta, guru Sejarah dari MA PP Luhur AL-Tsaqafah mengikuti acara tersebut. Dari 19 peserta yang terpilih mengikuti workshop, hanya dipilih satu guru dari Indonesia untuk mengikuti acara lanjutan di Seoul Korea Selatan.

Guru Sejarah dari MA Pondok Pesantren Luhur AL-Tsaqafah kemudian terpilih menjadi perwakilan Indonesia untuk mengikuti acara The 15th APEC Future Education Forum dan The 17th Int’l ALCoB Conference yang diadakan pada tanggal 26-27 September 2019 di Seoul, Korea Selatan.

Acara ini disponsori oleh Kementrian Pendidikan Korea Selatan, dan dari dua lembaga dibawah APEC seperti IACE dan ALCoB. Setelah sambutan dan diskusi forum di hari pertama, para guru dari berbagai negara berkesempatan untuk menjadi pembicara (speaker) pada hasil selanjutnya, 27 September 2019.