Perbedaan Tolok Ukur Kebahagiaan Keluarga Miskin dan Keluarga Kaya

ALTSAQAFAH.ID – Kebahagiaan merupakan kondisi ketika seseorang merasa senang dan biasanya memiliki energi positif. Bahagia dapat membuat seseorang tersenyum, tertawa, bahkan dapat membuat orang di sekitarnya ikut bahagia. Tak jarang pula, orang yang sedang bahagia memancarkan aura positif dan semangat dalam dirinya. Dalam menjalani hari yang semangat, orang-orang perlu bahagia. Sebaliknya, apabila seseorang sedang merasa sedih, ia akan menjalani hari dengan tidak semangat dan cenderung lemas.

Semua orang pasti pernah merasa bahagia, baik itu diakibatkan oleh hal besar ataupun hal kecil. Banyak hal yang dapat menjadi pemicu kebahagiaan. Akan tetapi, ada steorotipe yang menyempitkan alasan kebahagiaan adalah sesuatu yang berbentuk harta. Nyatanya, kebahagiaan tidak bisa diukur dari segi materi saja, banyak hal sederhana yang dapat mengantarkan kita kepada rasa bahagia yang tiada tara. Contohnya, makan malam bersama keluarga yang harmonis dapat menjadi pemicu kebahagiaan tersendiri bagi seluruh anggota keluarga.

Terdapat perbedaan tolok ukur kebahagiaan antara keluarga miskin dan keluarga kaya. Keluarga miskin adalah kelompok keluarga yang kelas ekonominya berada di bawah. Sebab itu menjadikan keluarga miskin cenderung kurang dalam segi materi. Hal itu bisa disebabkan karena mata pencaharian keluarga miskin tidak memungkinkan untuk diberi upah yang besar, seperti bekerja serabutan ataupun sekadar mencuci pakaian tetangga. Sebaliknya, keluarga kaya adalah kelompok keluarga yang berada di kelas ekonomi atas. Keluarga ini cenderung memiliki finansial yang bagus dengan rumah megah serta pekarangan yang luas. Keluarga kaya biasanya memiliki mata pencaharian yang tetap dengan gaji yang besar.

Dari hal tersebut, kita dapat mengetahui bahwa keluarga kaya dan keluarga miskin merupakan perbandingan yang amat kontras. Selain kondisi ekonomi, perbandingan antarkeluarga tersebut bisa dilihat dalam mendefinisikan kebahagiaan.

Kebahagiaan keluarga miskin mungkin berbeda dengan keluarga kaya. Bagi orang yang sulit memenuhi kebutuhannya, tentu hal-hal yang berkaitan dengan materi dapat menjadikan mereka bahagia. Contohnya, bagi keluarga miskin mungkin mampu membeli sembako yang cukup akan membuat mereka merasa bahagia tak terkira. Sama halnya dalam memenuhi kebutuhan bersekolah, yakni membeli sepatu baru yang mungkin bagi keluarga dengan kelas ekonomi menengah ke atas merupakan hal yang amat lumrah. Bisa jadi bagi keluarga miskin adalah suatu hal yang istimewa. Menjadikan keluarga miskin bahagia dengan sepatu baru tersebut.

Kebahagiaan bagi keluarga kaya tidak diukur dari terpenuhinya kebutuhan sekolah ataupun memakan makanan mewah. Terkadang, meski hidup mereka berkecukupan, bergelimang harta dengan rumah megah dan pekarangan luas, yang mereka rasakan adalah kehampaan. Kebahagiaan mereka diukur dari kebersamaan keluarga yang jarang mereka dapatkan. Hal itu disebabkan karena kesibukan masing-masing anggota keluarga sehingga mereka akan amat senang apabila setiap anggota keluarga dapat menyempatkan diri serta meluangkan waktunya untuk sekadar makan di satu meja yang sama dan tercipta kehangatan dari sana.

Dari perbedaan tersebut, kita dapat belajar mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada kita seluruh keluarga, baik itu yang miskin maupun kaya, perlu menyadari bahwa hal-hal yang mereka miliki bisa saja menjadi alasan kebahagiaan terbesar bagi orang lain. Keluarga miskin harus merasa bersyukur dan bahagia dengan setiap kebersamaan keluarga dan setiap kesederhanaan yang mereka miliki. Sama halnya dengan keluarga kaya yang harus bersyukur dan bahagia dengan setiap kecukupan serta kemewahan yang mereka miliki.

 

Penulis: Faeza Hansa Syakira (Kelas 10 IPS 2)